NURDIN HALID DITUDING SEBAGAI MAFIA
Pontianak (ANTARA) - Mantan pemain Persatuan Sepak Bola Indonesia Pontianak Ami Azis menuding Nurdin Halid sebagai mafia di tubuh Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia sehingga sulit bagi cabang olah raga nasional itu untuk bangkit dari keterpurukan.
"Setiap Liga Indonesia digelar, sudah menjadi rahasia umum klub mana yang bisa masuk divisi satu dan divisi utama asal mau membayar sejumlah uang yang diminta pengurus PSSI," kata Ami Azis seusai melakukan unjuk rasa menolak pencalonan kembali Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI di Tugu Digulis Universitas Tanjungpura Pontianak, Selasa.
Setoran uang yang harus dibayar sejumlah klub sepak bola daerah bervariasi, mulai dari Rp1 miliar hingga Rp5 miliar atau tergantung mau masuk ke divisi satu atau divisi utama, ujar mantan pemain Persipon.
Ia menjelaskan, praktik seperti itu sudah berlangsung lama sejak Nurdin Halid memimpin PSSI.
"Sehingga tidak mengherankan baru-baru ini timnas sepak bola kalah melawan Malaysia karena diduga ada permainan oleh pengurus PSSI," ujarnya.
Ami Azis menyarankan, kalau cabang olah raga nasional mau maju, Nurdin Halid jangan sampai dicalonkan kembali.
Sementara itu Ketua Umum Komite Olah Raga Nasional Indonesia Kalimantan Barat Syarif Mahmud Alqadrie mendukung pembentukan PSSI tandingan bila nama George Toisutta dan Arifin Panigoro tetap tidak lolos pada pencalonan ketua umum periode 2011-2015.
"Kami KONI daerah menginginkan perubahan sehingga menolak Nurdin Halid dicalonkan lagi untuk menjadi Ketua Umum PSSI 2011-2015," katanya.
Ketua Umum KONI Kalbar lebih menjagokan George Toisutta dan Arifin Panigoro karena dinilai sosok yang mau berjuang untuk memajukan dunia olahraga sepak bola Indonesia ke depannya.
KONI Kalbar menilai, nama George Toisutta dan Arifin Panigoro pantas lolos dalam verifikasi calon ketua umum dalam rangka revitalisasi dan reformasi di tubuh PSSI.
"KONI Kalbar siap menjalin kekuatan dengan KONI daerah lainnya untuk membentuk PSSI tandingan," kata Mahmud.